Perpisahan ini, aku hancur !
Oleh : AjengK.A
Didalam hidup ini, apakah selalu ada kata-kata “ Awal
pertemuan selalu berujung pada akhir dari Perpisahan “ ? tapi, apakah itu harus
sama dengan kehidupan kedua orangtuaku ?
genap 3 tahun ini kedua Orang Tuaku berpisah. Hasil pernikahan kedua orang
tuaku ialah dikaruniai 2 orang anak Aku dan Kakak perempuanKu. Sayangnya Kakak
perempuanKu sudah memiliki kehidupan rumah tangganya sendiri tinggallah Aku,
Ayah, dan Mama. Aku, Anggita Ratna Devita panggil saja Itaa, yang sekarang
duduk dibangku 3 Smp didaerah Jakarta dengan kisahku ini untuk kalian. Broken
Home sendiri adalah perpisahan kedua orang tua. Dimana anaklah yang menjadi
korban dari keegoisan para orang tua. Mungkin kejadian menyedihkan yang Aku
alami sejakKu duduk dibangku Sekolah Dasar kelas 6 tepatnya. Saat itu apasih
yang akan dirasakan atau yang akan dilakukan oleh bocah yang masih tak tau
apa-apa tentang hal seperti itu ? mau berontak ? tak bisa, mau menghentikan
semua itu ? tak kan bisa.
Menjelang kedewasaanku, aku mulai mamahami sedikit demi
sedikit apa yang telah terjadi pada keluargaku kini. Sebenarnya aku dilahirkan
dari keluarga yang penuh dengan kasih sayang. Dimana setiap kebutuhanku selalu
terpenuhi. Aku membuat cerita ini bukan untuk menjelekkan atau menyalahkan orang tuaku yang berpisah, tapi aku hanya
ingin mengungkapkan isi hatiku yang sedang hancur dari dulu hingga sekarang. Kini
masih sangat jelas terdengar saat orang tuaku bertengkar.
“Kamu tega Yahh.. kenapa
kamu tega bermain api dibelakangku ? kurang apa aku ini ? kata Mama pada Ayah
dengan suara keras sambil menangis .
“ Apa kau punya bukti
semua itu ? “ kata Ayah menjawabnya.
“ inihh.. ini apa Yahh ? bekas lipstik perempuan dikerah kamu
“ kata Mama.
“ itu hanya kebetulan
saja Maa.. “ Ayah mengelak sangkaan Mama sambil menggenggam tangan Mama.
“ Aku capek Yahh, kamu
berubah ! tak seperti dlu lagi, dengan semua kejadian ini aku minta cerai dari
kamu. “ Mama menjawab sambil melepaskan genggaman Ayah.
Aku yang mendengar
semua itu jelas dibalik pintu kamar hanya bisa menangis dan ingin sekali
mendamaikan masalah dari kedua orang tuaku. Tapi, semua itu terlambat sudah
Ayah yang semalam tak pulang menerima surat panggilan cerai dari kantor
pengadilan agama. Setelah Ayah pulang, belum menaruh tasnya.
“ Pulangkan aku pada Ibuku , dan Itaa harus ikut bersamaku. “
Ucap Mamaku.
“ Tidak ! Itaa harus bersamaku atau tidak akan ada lagi
kedepannya seorang Ayah untuk Dya. “ Jawab Ayah.
Mendengar cekcok antara kedua orang tuaku lagi aku lebih baik
tidur daripada mendengar hal seperti itu. Dan malamnya Ayah memutuskan untuk
pergi kerumah nenek dengan maksud untuk mengembalikan Mama kepada orang tuanya.
Dengan berat hati Nenek mengiyakan dan mengiklaskan putusan yang dibuat
Anaknya. Ada yang aneh sehari setelah Ayah dan Mama bertengkar hebat kemarin.
Aku yang masih kelas 6SD waktu itu yang masih kalau sekolah harus diantar
jemput, tetapi keanehan terus muncul. Pagi yang biasanya mengantarku sekolah
kalau tidak Ayah, Mama. Pulangpun sama tetapi, antar jemput kali itu berbeda
bukan keduanya malainkan Kakak sepupuku. Ternyata hari itu adalah hari dimana
kedua orang tua sedang mengurus masalah perceraiannya dipengadilan. Selama 3
hari hal keanehan itu aku alami. Dan sampailah hari dimana ketok palu dari
hakim mengesahkan untuk kedua orang tuaku berpisah . Dan aku ? tak bisa berbuat
apa-apa, aku tertekan atas semuanya. Aku memilih untuk tinggal bersama Mama
sekarang, walau harus kehilangan sosok seorang Ayah dikehidupanku. Aku tumbuh
dengan masalalu yang tidak bahagia, kehidupanku aku anggap hancur. Aku hanya
ingin keluargaku utuh seperti pertama kalinya aku dilahirkan didunia ini dengan
kasih sayang dari kedua orang tuaku. Aku berfikir bahwa untuk apa hidup untuk
bahagia, toh kedua orangtuaku tak pernah memikirkan aku, tak pernah megerti
dampak apa yang akan terjadi bila
seperti itu dan bla, bla sebagainya. Akupun terjun didunia anak remaja yang
bebas , sering bolos sekolah, bentak orang tua dan lain sebagainya. Tetapi hal
itu malah tak membantu, tak menyelesaikan hati, perasaan yang terlanjur kecewa
ini. Untuk itu aku memutuskan untuk berubah, merubah hal yang buruk dihidupku,
Kukuatkan Iman, Ku kembali kejalan Tuhan yang benar. Sebenarnya aku rindu sosok
seorang Ayah tapi mungkin Ia sudah memiliki kebahagiaannya sendiri bersama
orang yang mungkin lebih mengenal, memberi kenyamanan lebih untuk dya, dan tak
sepantasnya aku mengganggu kehidupannya. Biarlah jika ia merindukanku datanglah
Ayah , kau tetap menjadi sosok Laki-laki yang sempurna dimataku, kau ayah yang
hebat bagiku. Dan untuk Mama , aku menghargai semua kerja kerasmu untuk
mendidik, membesarkan aku. Kau tetap tegar walau kau single parent yang
mengurus aku , memenuhi kebutuhan harianku. Kau adalah wanita yang paling
sempurna dikehidupanku. Aku selalu mengambil hal positif dari perpisahan
kalian. Dan aku ingin mengungkapkan perasaanku ini lewat surat yang aku ketik
inilah dan rasa sakit inilah yang kusampaikan kepada para orangtua “ Bahwa,
jika kalian ingin berpisah maka kalian lihatlah kesekeliling kalian, masih
banyak yang butuh kasih sayang dari kalian berdua para orang tua, yang tak lain
adalah anak-anakmu sendiri. “ dan mungkin perpisahan mereka sendiri untuk kebaikanku.
Ingin sekali lari dengan semua ini. Namun, inilah yang harus dinikmati.
Terimakasih Ayah, Mama atas semuanya. love you pah, mah{}